PENGARUH
PEMBELAJARAN KOLABORATIF MODEL LESSON STUDY TERHADAP PROFESIONALITAS MENGAJAR
DALAM PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN PADA MAHASISWA FKIP BIOLOGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama
: NI Komang Nila Santy
Npm
: 09.8.03.51.30.2.5.0866
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru memegang peran
utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan menentukan keberhasilan
siswa di sekolah. Mahasiswa sebagai
calon guru, yaitu calon tenaga kependidikan, perlu dibina dan dikembangkan
kemampuannya. Perlu diupayakan cara atau pendekatan yang layak untuk mengatasi
masalah seputar pembelajaran.
kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah wajib.
Kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa program studi
pendidikan yang notabene calon-calon guru. Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan
mata kuliah sentral di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan karena
program ini merupakan jembatan bagi mahasiswa sebelum menjadi guru yang
sebenarnya.
PPL merupakan ajang
latihan mahasiswa untuk menjadi guru dan merupakan ajang untuk mempertemukan
antara teori di perguruan tinggi dan praktik di lapangan (yang sering tidak
berjalan dengan harmonis). Menurut Wardani & Suparno (1994), PPL bagi
mahasiswa merupakan muara dari seluruh program pendidikan yang dijalani selama
masa belajarnya di bangku kuliah. Ini artinya semua kegiatan yang dilakukan
selama masa kuliah baik dalam bentuk tatap muka, penugasan, praktik maupun
kegiatan mandiri diarahkan pada pembentukan 4 kompetensi guru (kompetensi
profesional/ akademik, kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian).Mengingat sentralnya peran PPL ini bagi mahasiswa, secara pengelolaan
perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Berdasarkan pengamatan, kegiatan
PPL di FKIP Universitas mahasaraswati denpasar masih jauh dari yang diharapkan. Pada saat
ini, kegiatan PPL dilaksanakan dengan melibatkan beberapa sekolah di kawasan
setempat dengan melibatkan dosen dari bidang studi masing-masing.
Terlepas dari dimana
letak permasalahannya selama ini, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan
sumbang saran terhadap pelaksanaan PPL saat ini sangat jauh dari “sempurna”
dan terkesan kepedulian terhadap program ini sangat minim. Harapannya adalah
pelaksanaan PPL ini lebih terprogram dan memiliki aktivitas yang jelas dan pola
insentif yang layak untuk jabatan pembimbing sehingga akan berdampak pada
peningkatan kualitas output yang dihasilkan dan lebih jauh lagi adalah
peningkatan kualitas guru di masa mendatang. Lesson
Study yang merupakan pola pembinaan guru di Jepang dan
sekarang banyak diadopsi di Indonesia merupakan salah satu alternatif pemecahan
masalah pelaksanaan PPL. Dengan melaksanakan Lesson
study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi
yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas,
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1.2.1
Apakah dengan model pembelajaran lesson
study dapat meningkatkan profesionalitas
mengajar dalam praktek pengalaman lapangan terhadap mahasiswa FKIP
Biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun pelajaran 2011/2012?
1.2.2
Bagaimana tanggapan mahasiswa FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati terhadap model pembelajaran lesson study?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan, penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut.
1.3.1
Untuk meningkatkan
profesionalitas mengajar dalam praktek pengalaman lapangan terhadap mahasiswa
FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun pelajaran 2011/2012?
1.3.2 Untuk mengetahui deskripsi
tanggapan mahasiswa FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati terhadap model
pembelajaran lesson study.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan
kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut.
Jika
model pembelajaran lesson study diterapkan dalam praktek pengalaman
lapangan maka mahasiswa FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati tahun pelajaran 2011/2012
akan dapat memperbaiki kwalitas pengajaran dikelas dan meningkatkan
profesionalitas kinerja dalam mengajar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran Lesson Study
Lesson Study adalah
suatu proses kolaboratif sekelompok guru untuk mengidentifikasi suatu masalah
pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan
mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan
siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara
yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran,
membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi
pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain. Konsep dan praktik
Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di
Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo.
Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan
kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study
tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika
Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis
yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun
1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk
dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran
siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada
awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar. , namun saat ini ada
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan
pendidikan tinggi.
Menurut Lewis (2006), tahap-tahap
yang perlu di lakukan dalam menerapkankan suatu Lesson Study adalah sebagai
berikut, pertama membentuk grup Lesson Study, anggota kelompok Lesson Study
dapat direkrut dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan/atau pemerhati
pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka yang mempunyai komitmen, minat,
dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan. Kedua,
memfokuskan Lesson Study, yang perlu dilakukan guru yaitu memilih mata
pelajaran, serta memilih topik (unit) dan pelajaran (Lesson). Ketiga,
Merencanakan Research Lesson, dalam merencanakan suatu Research Lesson (a
teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran
yang sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu
belajar (plan to guide learning).
Rencana itu akan memandu pengajaran,
pengamatan, dan diskusi tentang research lesson serta mengungkap temuan yang
muncul selama lesson Study berlangsung. Keempat, mengajar dan mengamati
Research Lesson, guru anggota kelompok yang sudah di tunjuk dan disepakati
melaksanakan tugas untuk mengajar materi yang telah ditetapkan, sedangkan
anggota kelompok yang lain mengamati Lesson tersebut. Pengamat akan
mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk
mendokumentasikan Research Lesson dilakukan dengan menggunakan kamera, karya
siswa, dan catatan observasi naratif. Kelima, mendiskusikan dan menganalisis
Research Lesson. Research Lesson yang sudah diimplementasikan perlu
didiskusikan dan dianalisis. Hal itu perlu dilakukan sebagai bahan untuk
perbaikan atau revisi Research Lesson. Dengan demikian research Lessson
diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien. Keenam,
merefleksikan Lesson Study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Dalam
merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang
apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa
yang masih perlu diperbaiki.
2.2 Pembelajarn Kolaboratif
Dalam
konteks pembelajaran Robert et.al mengatakan, pembelajaran kolaboratif adalah
pembelajaran yang asaskan koperatif. Sehingga untuk mewujudkan pembelajaran
kolaboratif diawali dengan membiasakan siswa dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif yang di desain oleh guru, jadi awal perubahan dikelas.
Jika siswa terbiasa bekerjasama, saling ketergantungan antara satu dengan yang
lain untuk memperoleh pengetahuan , maka siswa akan berkembang menjadi siswa
yang kolaboratif.
Schrage (1990) menyatakan pelajaran
kolaboratif melebihi aktivitas bekerjasama karena ia melibatkan kerjasama hasil
penemuan dan hasil yang didapatkan daripada sekedar pembelajaran baru. Hasil
penelitian menunjukkan keunggulan pembelajaran kolaboratif, diantaranya dapat
meninggikan hasil belajar individu yang lebih mengarah pada metakognatif,munculnya
ide-ide baru dan pendekatan pendekatan penyelesaian masalah,selain itu kelas
yang dikelola secara kolaboratif lebih termotivasi, mempunyai sifat ingin tahu
, ada perasaan membantu orang lain, berkopetisi secara sehat dan bekerja secara
individu lebih terarah.
Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju
pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Sebagai teknologi untuk
pembelajaran (technology for instruction),
pembelajaran kolaboratif melibatkan partisipasi aktif para siswa dan
meminimisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah
menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang
bertemu, yaitu :
1. Realisasi
praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam
kehidupan di dunia nyata.
2. Menumbuhkan
kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.
Ide
pembelajaran kolaboratif bermula dari perpsektif filosofis terhadap konsep
belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan. Pada tahun
1916, John Dewey, menulis sebuah buku “Democracy and Education”
yang isinya bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai
laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata. Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob et
al., 1996), adalah:
1.
Siswa hendaknya aktif, learning by doing.
2.
Belajar
hendaknya didasari motivasi intrinsik.
3.
Pengetahuan
adalah berkembang, tidak bersifat tetap.
4.
Kegiatan
belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.
5.
Pendidikan
harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling
menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting.
6.
Kegiatan
belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata dan bertujuan mengembangkan
dunia tersebut.
2.3
Praktek Pengalaman Lapangan.
a. Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan pengalaman lapangan yang diarahkan
untuk menunjang dan memperkuat ketrampilan mahasiswa melalui mata kuliah
tertentu. Dan salah satu kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa yang
mencakup baik latihan mengajar rnaupun tugas kependidikan di luar mengajar
secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukan profesi
kependidikan.
Praktik Pengalaman
Lapangan memiliki visi untuk mengembangkan kemampuan profesional keguruan. Misinya adalah untuk pembentukan kemampuan
mengajar khususnya mencakup pemahaman karakteristik siswa, kemampuan merancang
pembelajaran, kemampuan mengelola kelas, kemampuan mengembangkan media,
strategi pembelajaran dan kemampuan mengevaluasi.Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan diawali
dengan pembekalan yaitu penjelasan tentang mekanisme kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan serta pengamatan video program pembelajaran di sekolah/lembaga.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari. Hal ini termasuk syarat untuk dapat
mengikuti kegiatan selanjutnya yaitu praktik pengajaran mikro (micro
teaching) yang merupakan pelatihan tahap awal untuk aktualisasi kemampuan
dasar mengajar, rasa percaya diri dan perwujudan jati diri seorang guru yang
profesional. Pengajaran mikro dilaksanakan di kampus, dibimbing oleh seorang
dosen pembimbing yang dalam pelaksanaannya mahasiswa dibagi dalam beberapa
kelompok dengan anggota berkisar antara 8 – 10 mahasiswa. Model pembelajaran
untuk pembelajaran mikro adalah peer teaching (mengajar teman sendiri).
Jumlah latihan pengajaran mikro setiap mahasiswa minimal 8 kali atau
disesuaikan dengan jumlah waktu pengajaran mikro.
Prosedur yang
harus dilakukan untuk pengajaran mikro adalah mahasiswa membuat rencana
pembelajaran dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing serta mempersiapkan
media atau alat pembelajaran yang akan digunakan untuk praktik mengajar. Waktu
yang digunakan untuk pengajaran mikro adalah 20 menit untuk masing-masing
mahasiswa dalam mempraktikkan ketrampilan mengajar yang meliputi :
a. Ketrampilan membuka dan menutup
pelajaran
b. Ketrampilan bertanya
c. Ketrampilan menjelaskan
d. Variasi stimulus-respon
e. Ilustrasi dan penggunaan
contoh-contoh
f. Ketrampilan berkomunikasi
g. Interaksi pembelajaran
h. Memotivasi siswa
i. Ketrampilan mengelola kelas
j. Ketrampilan memberikan penguatan (reinforcement)
k. Ketrampilan menggunakan metode dan
media pembelajaran
b. Mata Kuliah PPL
Mata kuliah PPL adalah merupakan mata kuliah keahlian yang
bersifat terapan untuk keperluan perencanaan dan pengambilan keputusan.
c. Persyaratan Dan Pelaksanaan.
- Mahasiswa dapat mengikuti PPL apabila memenuhi prasyarat sudah lulus mata kuliah yang ditentukan oleh jurusan.
- Petunjuk teknis pelaksanaan PPL diatur oleh jurusan dan dosen mata kuliah atas koordinasi Pembantu Dekan I dan II
- Frekwensi pelaksanaan PPL tergantung pada lingkup substansi kegiatan yang akan diamati di lapangan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang telah
dirumuskan, penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Secara umum
bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas mengajar dalam praktek pengalaman
lapangan (PPL) terhadap mahasiswa FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati Denpasar
tahun pelajaran 2011/2012. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan model pembelajaran lesson study.
3.2
Waktu dan Alokasi Penelitian
3.2.1
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang dimulai dari tanggal 25 juli
sampai 25 September 2012.
3.2.2
Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini mengambil
lokasi di Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun pelajaran 2011/2012.
Universitas Mahasaraswati merupakan salah satu Universitas swasta. Adapun
alasan yang mendasari pemilihan Universitas swasta ini sebagai tempat
penelitian adalah bahwa dikampus ini terdapat prodi-prodi yang dikelompokkan
kedalam kelas heterogen. Kelas heterogen ini dianggap mempunyai kemampuan
prestasi yang tidak sama , sehingga memungkinkan diadakannya penelitian pada
kelas heterogen tersebut.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi
“Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono.alfabeta )”.
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Populasi
penelitian ini dilakukan pada mahasiswa FKIP Biologi Universitas Mahasaraswati
Denpasar Tahun Pelajaran 2011/2012
3.3.2
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya
tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Teknik
penelitian eksperimen ini menggunakan probability sampling yaitu dengan simple
random sampling adalah
cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil
kepada
setiap elemen populasi.
Pada penelitian ini elemen populasinya ada 37 dan
yang
akan dijadikan sampel adalah 7,
maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 7/37 untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Adapun prosedur yang akan digunakan dalam teknik probility sampling adalah
sebagai berikut :
Prosedur
:
- Susun “sampling frame”
- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi
tahap pengamatan/observasi, tahap refleksi, tahap persiapan.
Tahap
pengamatan/observasi
Pengamatan ini dilakukan selama
tindakan berlangsung , dan penilaian profesionaitas mahasiswa ppl ini dilakukan
dengan menggunakan pedoman yang telah disiapkan sebelumnya dengan memberikan
skor 1-3 tergantung profesionalitas mahasiswa ( PPL).
Tahap
refleksi
Tahap ini merupakan review atas apa
yang dilakukan oleh mahasiswa serta apa
yang dialami oleh mahasiswa selama mengikuti praktek pengalaman lapangan (PPL).
Berbagai kendala ataupun kekurangan dijadikan dasar untuk melakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus II dan seterusnya .
Data yang diperlukan dalam
penelitian eksperimen ini dikumpulkan dengan dua cara yaitu :
a. Data
profesionalitas mahasiswa selama praktek
pengalaman lapangan dikumpulkan dengan metode pengamatan.
b. Data
hasil pembelajaran mahasiswa dikumpulkan melalui metode tes.
Tahap
persiapan
Berdasarkan teknik pengumpulan data
diatas , setidaknya ada dua instrumen penelitian yang perlu disiapkan yaitu
pedoman observasi dan tes hasil pembelajaran .
3.5
Teknik Analisis Data
3.5.1
Teknik analisis data profesionalitas mengajar mahasiswa
Profesionalitas mengajar mahasiswa
diamati dengan menggunakan lembar observasi profesionalitas. Pembelajaran
dikatakan optimal jika profesionalitas mengajar mahasiswa minimal tergolong
tinggi.
Data profesional mengajar mahasiswa
dianalisis secara deskriptif kuatitatif dan deskriftif kualitatif dengan
menggunakan skala 1-3 ( 3 = sangat profesional, 2 = cukup profesional, 1 =
kurang profesional ). Sesuai dengan hasil yang dicatat , jumlah indikator
maksimal 3 dan minimal 1, maka skor total maksimal adalah 3 x 6 = 18 dan skor
total minimal adalah 1 x 6 = 6. Skor yang diperoleh seluruh mahasiswa kemudian
dijumlahkan dan dicari rata-ratanya. Rata- rata skor aktivitas mahasiswa ini
kemudian dikonvensikan untuk memperoleh kualifikasi profesionalitas mahasiswa
dengan pedoman sebagai berikut :
Tabel
1. Konvensi pedoman observasi profesionalitas mahasiswa
Interval Nilai
|
kualipikasi
|
14,0 – 18,0
|
Sangat Profesional
|
10,0 – 13,9
|
Cukup Profesional
|
6,0 – 9,9
|
Kurang Profesional
|
Kriteria Keberhasilan
Adapun kriteria keberhasilan dalam
penelitian eksperimen ini adalah profesionalitas mahasiswa berada pada kualipikasi
sangat profesional serta hasil tes mahasiswa secara klasikal berada pada
kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Garfield,
J. (2006). Exploring the Impact of
Lesson Study on Developing Effective Statistics Curriculum. (Online):
diambil tanggal 19-6-2006 dari:
www.stat.auckland.ac.nz/-iase/publication/-11/Garfield.doc.
Lewis,
Catherine C. (2002). Lesson study: A
Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research
for Better Schools, Inc.
Robinson,
Naomi. 2006. Lesson Study: An example
of its adaptation to Israeli middle school teachers . (Online):
stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/ Robinson_proposal.doc
Richardson,
J. 2006. Lesson study: Teacher Learn
How to Improve Instruction. Nasional Staff Development Council .
(Online): www.nsdc.org. 03/05/06.
Saito, E.,
Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan
Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP . Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV: 24-32.
Saito, E.,
(2006). Development of school based
in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science
Teacher Education Project . Improving Schools. Vol.9 (1): 47-59
Takashi A.
(2006). Implementing lesson study in
North American schools and school (makalah yang dipresentasikan pada
seminar “APEC International
Bill
Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson
Study Project. online:http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine
Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online:
http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Lesson
Study Research Group online:
http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet
Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007.
Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to
College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http
://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a
Future in the United States?. Online: http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat
Wikipedia.2007. Lesson Study. Online:
http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study
Mellado, V. (1998). The classroom practise of preservice teacher
and their cinception of teaching and learning. Science education, 82, 197-214
Rustaman, N., Widodo, A., Anggraeni, S. Junaengsih, N. (2005). Evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Piloting Biologi. FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar