Selasa, 29 Mei 2012

tanaman cengkeh ( madenan )



TANAMAN CENGKEH
CengkehA. TAKSONOMI

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Jenis : Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry

Cengkih memiliki nama lain seperti clove tree (Inggris) dan ting hsiang (Tiongkok). Selain Syzygium aromaticum cengkih juga sering disebut Eugenia aromatica L.

B. MORFOLOGI

DAUN (folium)
Daun cengkih tidak termasuk daun lengkap karena memiliki tangkai daun (petiolus), helaian daun (lamina), namun tidak memiliki upih/pelepah daun (vagina). Daunnya berbentuk lonjong dan berbunga pada bagian ujungnya. Termasuk daun majemuk karena dalam satu ibu tangkai ada lebih dari satu daun.
Bangun daunnya (circumscriptio) adalah lanset (lanceolatus), ujungnya (apex) adalah runcing (acustus) pangkalnya (basis folii) adalah meruncing (acuminatus), susunan tulang daunnya (nervatio) adalah menyirip penninervis), tepi daunnya (margo) adalah rata (integer), dan daging daunnya (intervenium) adalah seperti kertas, tipis tetapi cukup tegar (papyraceus). Daun ini berwarna hijau. Ukuran daun cengkeh :
- Lebarnya  berkisar 2-3 cm
- Panjang daun kira-kira 7,5 -12,5 cm.
Daun, bunga, dan tangkainya mengandung minyak cengkeh yang banyak disenangi orang karena baunya yang khas. Selain itu minyak tersebut mempunyai sifat stimulan, anestetik, karminatif, antiemetik, antiseptik dan antispasmodik. Bunga dan buahnya muncul pada ujung rantingnya. Warna dari bunganya
- Keungu-unguan lalu menjadi kuning kehijau-hijauan (muda)
Cengkeh- Merah muda (tua)

SISTEM REPRODUKSI


SISTEM REPRODUKSI  

Reproduksi merupakan proses menghasilkan individu baru dari organisme sebelumnya.
Organisme bereproduksi melalui 2 Cara :
  • Repoduksi aseksual (vegetatit)
Adalah terbentuknya individu baru tanpa melakukan peleburan sel kelamin.
  • Reproduksi seksual (generatif)
Umumnya melibatkan persatuan sel kelamin (gamet) dari 2 individu yang berbeda jenis kelamin.

Alat-alat Reproduksi pada Laki-Laki

Image:Organp.png
Alat reproduksi pada laki-laki terdiri atas sepasang testis, saluran-saluran kelamin, kelenjar-kelenjar tambahan, dan penis.
  • Testis merupakan kelenjar kelamin yang berfungsi sebagiai penghasil sperma dan hormon testosteron. Testis terletak di dalam suatu kantong yang disebut skrotum.
  • Saluran kelamin terdiri atas vasa eferentia. epididimis. dan vas deferens.
  1. Vasa eferentia merupakan bagian yang berfungsi menampung sperma untuk disalurkan ke epididimis berjumlah antara 10-20 buah.
  2. Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok dengan panjang antara 5-6 meter. Di saluran ini cairan sperma diabsorpsi sehingga menjadi agak pekat. Saluran ini berfungsi menyimpan sperma untuk sementara (minimal selama tiga minggu).
  3. Vas deferens merupakan saluran lurus dengan panjang sekitar 40 cm. Saluran ini berfungsi untuk menghubungkan epididimis dengan uretra pada penis. Di bagian ujung saluran ini terdapat saluran ejakulasi.
  • Kelenjar tambahan meliputi vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar Cowperi.
  1. Vesika seminalis merupakan kantong semen (mani) yang dindingnya menyekresi cairan lendir yang banyak mengandung fruktosa, sedikit asam askorbat, dan asam amino. Bahan-bahan kimia tersebut berfungsi untuk memberi makan dan melindungi sperma sebelum membuahi ovum. Semen adalah cairan yang terdiri atas sperma dan cairan yang dihasilkan oleh berbagai kelenjar tambahan
  2. Kelenjar frostat merupakan kelenjar berbentuk bulat yang mengelilingi bagian pangkal saluran uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa dan berwarna putih seperti susu. Cairan tersebut berfungsi untuk menetralkan sifat asam pada vasa eferentia dan cairan yang ada di dalam vagina sehingga sprema dapat bergerak aktif.
  3. Kelenjar cowperi (bulbouretralis), yaiitu kelenjar berukuran sebesarb butir kacang yang terletak di bagian proksimal (pangkal) uretra. Kelenjar ini menghasilkan cairan mukosa yang berfungsi sebagai pelicin

Rabu, 23 Mei 2012

proposal skipsi


PENGARUH PEMBELAJARAN KOLABORATIF MODEL LESSON STUDY TERHADAP PROFESIONALITAS MENGAJAR DALAM PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN PADA MAHASISWA FKIP  BIOLOGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama               : NI Komang Nila Santy
Npm                : 09.8.03.51.30.2.5.0866

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guru memegang peran utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan menentukan keberhasilan siswa di sekolah. Mahasiswa  sebagai calon guru, yaitu calon tenaga kependidikan, perlu dibina dan dikembangkan kemampuannya. Perlu diupayakan cara atau pendekatan yang layak untuk mengatasi masalah seputar pembelajaran. kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah wajib. Kegiatan ini sebagai upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa program studi pendidikan yang notabene calon-calon guru.  Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah sentral di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan karena program ini merupakan jembatan bagi mahasiswa sebelum menjadi guru yang sebenarnya.
PPL merupakan ajang latihan mahasiswa untuk menjadi guru dan merupakan ajang untuk mempertemukan antara teori di perguruan tinggi dan praktik di lapangan (yang sering tidak berjalan dengan harmonis). Menurut Wardani & Suparno (1994), PPL bagi mahasiswa merupakan muara dari seluruh program pendidikan yang dijalani selama masa belajarnya di bangku kuliah. Ini artinya semua kegiatan yang dilakukan selama masa kuliah baik dalam bentuk tatap muka, penugasan, praktik maupun kegiatan mandiri diarahkan pada pembentukan 4 kompetensi guru (kompetensi profesional/ akademik, kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian).Mengingat sentralnya peran PPL ini bagi mahasiswa, secara pengelolaan perlu mendapat perhatian yang lebih serius. Berdasarkan pengamatan, kegiatan PPL di FKIP Universitas mahasaraswati denpasar  masih jauh dari yang diharapkan. Pada saat ini, kegiatan PPL dilaksanakan dengan melibatkan beberapa sekolah di kawasan setempat dengan melibatkan dosen dari bidang studi masing-masing.
Terlepas dari dimana letak permasalahannya selama ini, tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sumbang saran terhadap pelaksanaan PPL saat ini sangat jauh dari “sempurna” dan terkesan kepedulian terhadap program ini sangat minim. Harapannya adalah pelaksanaan PPL ini lebih terprogram dan memiliki aktivitas yang jelas dan pola insentif yang layak untuk jabatan pembimbing sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas output yang dihasilkan dan lebih jauh lagi adalah peningkatan kualitas guru di masa mendatang. Lesson Study yang merupakan pola pembinaan guru di Jepang dan sekarang banyak diadopsi di Indonesia merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah pelaksanaan PPL. Dengan melaksanakan Lesson study, wawasan guru akan berkembang dan termotivasi untuk selalu berinovasi yang selanjutnya akan menjadi guru yang profesional.